Pilihan Warga Tasikmalaya tak Berubah
Lihat di http://cetak.kompas.com/read/2009/07/14/11370991/pilihan.warga.tasikmalaya.tak.berubah
Tasikmalaya, Kompas - Dalam dua pemilu presiden terakhir, yakni tahun 2004 dan 2009, pilihan rakyat di wilayah Priangan Timur tidak berubah. Hasil pilpres 2004 dan rekapitulasi perolehan suara sementara pilpres 2009 menunjukkan kemenangan telak Susilo Bambang Yudhoyono.
Bahkan, jika melihat hasil pemilu legislatif 2009, kemenangan SBY ini semakin diperkuat kemenangan partai pengusung SBY di sejumlah lembaga legislatif daerah. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Akhmad Satori, Senin (13/7), melihat, kunci kemenangan SBY adalah posisinya sebagai pejabat yang masih menjabat (incumbent).
Hasil pilpres 2004 di Kota Tasikmalaya menujukkan SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih 72,3 persen suara, disusul Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi dengan 27,7 persen suara. Ini tidak berbeda jauh dengan hasil sementara pilpres 2009 yang menempatkan SBY-Boediono pada urutan pertama dengan 268.097 suara (69,7 persen). Adapun perolehan suara sementara Megawati tahun 2009 melorot dengan hanya mengantongi 48.388 suara (12,5 persen).
Posisi SBY pun semakin kuat setelah Partai Demokrat menjadi partai dengan perolehan kursi terbanyak di DPRD Kota Tasikmalaya periode 2009-2014 bersama Partai Persatuan Pembangunan dengan delapan kursi. Di tingkat nasional PPP berkoalisi dengan Partai Demokrat mengusung SBY.
Adapun perolehan kursi Partai Golkar di DPRD Kota Tasikmalaya yang mengusung JK hanya empat kursi atau berkurang empat kursi dari hasil Pemilu 2004 sebanyak delapan kursi. JK sementara baru mendapatkan 31.955 suara (8,3 persen). Sementara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mendapatkan tambahan satu kursi menjadi lima kursi pada tahun 2009 ini.
Ketua DPC Partai Golkar Kota Tasikmalaya Noves Narayana mengatakan, kekalahan pasangan JK-Wiranto di luar dugaan. Semula partai memperkirakan perolehan suara JK tidak terlalu jauh dari SBY sehingga bisa memaksa pemilu berlangsung dua putaran. Akan tetapi, kenyataan berbicara lain. "Kami mengakui pemenang pemilihan ini dan kami harus legawa," katanya.
Menurut Noves, faktor pencitraan JK yang kalah dibandingkan dengan SBY dalam pemerintahan selama ini berpengaruh besar pada perolehan suara. SBY selalu tampil paling depan ketika mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan rakyat, sedangkan pada kebijakan yang merugikan rakyat JK yang kerap tampil di depan. Akibatnya, sosok JK terstigma.
Di Kabupaten Tasikmalaya juga tidak jauh berbeda. SBY yang pada pilpres 2004 meraih 62,72 persen suara kembali mendominasi pada pilpres 2009 dengan angka sementara 69,7 persen dari 903.096 suara sah. Tahun 2004 Megawati hanya mendapatkan 37,28 persen suara dan pada pilpres ini untuk sementara mendapatkan 20,4 persen suara.
Tidak maksimal
Di Kabupaten Ciamis untuk sementara SBY memperoleh 538.636 suara (63,8 persen). Angka ini meningkat tajam dibandingkan dengan pilpres 2004 yang hanya 56 persen.
Meskipun PDI-P menjadi partai pemenang pemilu legislatif di Ciamis tahun 2009 dengan 11 kursi, perolehan suara Megawati tidak mampu mengungguli SBY. Megawati hanya meraih 229.842 suara (27,2 persen). Partai Demokrat sendiri menempati urutan kedua perolehan kursi dengan sembilan kursi.
Ketua DPC PDI-P Kabupaten Ciamis Jeje Wiradinata menjelaskan, selain faktor pencitraan SBY yang bagus, rendahnya perolehan suara Megawati disebabkan pula oleh tidak maksimalnya kinerja kader PDI-P di daerah. Kader PDI-P dirasa sudah jenuh dan kelelahan mengurusi pemilihan, mulai dari pemilihan bupati, gubernur, anggota legislatif, hingga presiden. (adh)
0 komentar:
Posting Komentar