Oleh :
Laboratorium Ilmu Politik (Labpol) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Siliwangi Tasikmalaya siang tadi (Rabu, 26 Oktober 2011 pukul 13.00 s.d. 15.30 WIB) menyelenggarakan kegiatan Focus Groups Discussion tentang Politik Lokal. Tema yang dikaji adalah “Dinamika Politik Lokal dan Prospek Pemilukada Kota Tasikmalaya” dengan pembicara Bapak Edi Kusmayadi, M.Si (Pembantu Dekan FISIP Universitas Siliwangi) dan Bapak Dadih Abdulhadi, M.Sc (Koordinator Tasikmalaya Corruption Watch) dengan moderator Bapak Taufik Nurohman, S.IP (Sekretaris Labpol/Dosen Ilmu Politik FISIP Unsil). Acara yang diikuti sekitar 38 orang ini dihadiri oleh dosen-dosen dan mahasiswa Ilmu Politik FISIP Universitas Siliwangi, aktivis Parpol, dan media cetak.
Pembicara pertama, Bapak Edi Kusmayadi banyak menyoroti kesiapan para calon yang akan menjadi kontestan dalam Pemilukada mendatang. Kualifikasi-kualifikasi personal yang diperlukan seorang kontestan dalam memimpin Tasikmalaya ke depan yang ideal minimal memiliki kriteria : pertama, kapasitas individu kandidat, di mana publik jangan terjebak pada kepopuleran semata, namun juga memiliki daya sentuh terhadap persoalan Kota Tasikmalaya. Kedua, memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat (strong leader), tegas dan semangat yang tinggi untuk membangun kota Tasikmalaya, memiliki otoritas, moralitas dalam memimpin tidak mengedepankan penampilan semata. Ketiga, memiliki kualitas dalam menentukan keputusan (quality of judgment), tidak tergantung pada figur yunior atau senior, tanpa hal tersebut tokoh manapun tak layak disebut pemimpin. Keempat, memiliki integritas yang tinggi dalam proses kepemimpinan, memiliki kapabilitas dan akuntabilitas dalam manajemen pemerintahan daerah maupun kebijakan publik. Kelima, memiliki visi ke depan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat Kota Tasikmalaya.
Pembicara pertama, Bapak Edi Kusmayadi banyak menyoroti kesiapan para calon yang akan menjadi kontestan dalam Pemilukada mendatang. Kualifikasi-kualifikasi personal yang diperlukan seorang kontestan dalam memimpin Tasikmalaya ke depan yang ideal minimal memiliki kriteria : pertama, kapasitas individu kandidat, di mana publik jangan terjebak pada kepopuleran semata, namun juga memiliki daya sentuh terhadap persoalan Kota Tasikmalaya. Kedua, memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat (strong leader), tegas dan semangat yang tinggi untuk membangun kota Tasikmalaya, memiliki otoritas, moralitas dalam memimpin tidak mengedepankan penampilan semata. Ketiga, memiliki kualitas dalam menentukan keputusan (quality of judgment), tidak tergantung pada figur yunior atau senior, tanpa hal tersebut tokoh manapun tak layak disebut pemimpin. Keempat, memiliki integritas yang tinggi dalam proses kepemimpinan, memiliki kapabilitas dan akuntabilitas dalam manajemen pemerintahan daerah maupun kebijakan publik. Kelima, memiliki visi ke depan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat Kota Tasikmalaya.
Kriteria ideal di atas harus menjadi pertimbangan rasional masyarakat Tasikmalaya dalam memilih pemimpin Tasikmalaya dalam pesta demokrasi ke depannya. Namun memang diakui pembicara bahwa kriteria ideal tersebut sangat sulit ditemui dalam figur calon-calon pemimpin di Indonesia, termasuk di Tasikmalaya. Namun paling tidak, masyarakat dapat membandingkan figur mana yang mendekati kualifikasi personal tersebut, sehingga ketika menentukan pilihan, benar-benar pilihan sadar dan matang untuk menentukan nasib Tasikmalaya di masa yang akan datang. Kualifikasi personal tersebut salah satunya dapat dilihat dari track record calon yang bersangkutan selama ini yang menunjukkan integritas, loyalitas, keseriusan, karya dan kemampuan problem solving di institusi, lembaga atau kiprah dalam menekuni profesinya selama ini.
Pembicara Bapak Edi Kusmayadi juga menyoroti perihal calon independen yang saat ini sudah mulai terakomodasi dalam sistem politik sehingga memungkinkan untuk ikut berkompetisi dengan kontestan lainnya dari Parpol. Namun, entah dikarenakan persyaratan yang relatif ketat atau faktor lainnya, “geliat” munculnya calon dari jalur ini belum ada tanda-tanda kehadirannya.
Sedangkan pembicara kedua, Bapak Dadih Abdulhadi, M.Sc lebih menyoroti trend “korupsi politik” dalam setiap pesta demokrasi Indonesia, termasuk juga Pilkada. Tentu saja trend ini juga sepertinya akan “membelenggu” Pemilukada Kota Tasikmalaya tahun 2012 mendatang. Saat ini masyarakat masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan pemimpin yang benar-benar ideal, karena money centris mechanism masih mendominasi dalam kultur pesta demokrasi tersebut. Pemilu sepertinya hanya “tetap” menjadi ajang berjualan para elit politik, yang ketika sudah terpilih kemudian ditinggalkan. Korupsi politik yang dimaksud dalam konteks ini tidak dalam pengertian korupsi dalam koridor hukum positif negara, namun lebih dipahami sebagai upaya menghalalkan segala cara untuk memenangkan kompetisi pemilihan lewat berbagai upaya kotor, seperti money politics dan sejenisnya. Kontestan yang terpilih pun jika kemenangannya berdasarkan dari mekanisme kotor tersebut, pasca terpilih yang menjadi concern programnya bukanlah membangun secara fundamental Kota Tasikmalaya ke depan, namun akan berusaha mengganti ongkos selama dia kampanye. Na’udzubillahi min dzalik, summa na’udzubillah, semoga hal tersebut tidak terjadi pada calon pemimpin kita besok.
Akhirnya siapapun yang menjadi kontestannya, masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dalam Pemilukada Kota Tasikmalaya 2012 mendatang. Kemajuan Kota Tasikmalaya ke depan akan “dipertaruhkan” oleh para kontestan yang akan berkompetisi untuk menduduki kursi paling bergengsi di Kota Tasikmalaya ini (Semoga).
0 komentar:
Posting Komentar